Tanaman Penghasil pestisida botani sebenarnya tidak selalu
harus diekstraksikan dan diolah menjadi cairan atau serbuk yang diaplikasikan
pada tanaman. Beberapa jenis tanaman yang biasa dikenal memiliki metabolit
sekunder pengendali hama dapat ditanam bersamaan dengan tanaman utama dengan
tujuan melindungi tanaman utama dari serangan hama. Kebiasaan petani di
beberapa tempat menanam kubis berdekatan dengan tomat dan bawang daun dapat
dijadikan teladan yang baik. Aroma yang ditimbulkan oleh tanaman tomat dan bawang
daun akan mengacaukan indera serangga sewaktu mencari tanaman kubis, hasilnya
tanaman kubis bisa terhindar dari serangan hama.
Penanaman
beberapa jenis kenikir (Tagetes erecta, T.minuta) 3-4 bulan sebelum
menanam tanaman utama dapat menekan serangan nematoda hingga 90% pada berbagai
tanamn pangan. Tagetes spp.merupakan tanamn sumber pestisida
botani yang telah banyak diteliti kemampuhanya sebagai nematisida. Tehnik
bertani dengan cara menanam tanaman penghasil pestisida botani sebelum dan
bersamaan dengan tanaman utama banyak dipakai dalam sistem pertanian organik.
Ekstraksi
senyawa yang mengandung pestisida dari dalam tanaman biasanya menggunakan
pelarut organik seperti etanol, metanol dll. Hasil yang diperoleh dengan
menggunakan pelarut organik sangat tinggi, terutama untuk mengekstrak minyak
yang banyak terdapat di dalam biji. Sebagai alternatif bahan ini bisa dipakai
bubuk detergen dengan konsentrasi 1 gram untuk tiap liter air untuk
merendam bahan tanaman pestisida botani. Detergent dapat dipakai untuk
mengekstrak biji mimba, biji sirsak, biji buah nona, ranting aglalia dan
bahn-bahan lain dengan hasil yang cukup memuaskan (Prijono dan Triwidodo,
1994).
Beberapa
contoh ramuan pestisida botani yang telah dipublikasikan, dapat dilakukan oleh
siapa saja tanpa memerlukan peralatan dan metode yang rumit. Aturan dalam
pemakaian pestisida botani seperti pemakaian dosis dan konsentrasi, memang
tidak seketat aturan pemakaian pestisida sintetis. Kisaran pemakaian dosis dan
konsentrasi pada pestisida botani bisa sangat lebar dan berbeda dari satu
tempat ke tempat lain. kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman bisa
berbeda-beda tergantung lokasi penanamanya. Jumlah bahan, komposisi, dosis dan
konsentrasi yang tercantum pada beberapa contoh ramuan pestisida botani berikut
ini dapat dipakai sebgai acuan. Meskipun demikian, hasil percobaan di lapangan
lebih menentukan komposisi bahan, jumlah bahan, dosis dan konsentrasi yang
sesuai dengan kondisi setempat( Kardinan, 2000).
A.
INSEKTISIDA DARI BEBERAPA JENIS TANAMAN
Ramuan
ini terbuat dari daun mimba 8 kg, daun lengkuas 6 kg, dan daun serai 6 kg.
Bahan-bahan ini dihaluskan kemudian diaduk dalam 20 liter air dan direndam
selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan
hasil penyaringan diencerkan dengan 60 liter air sambil dicampur dengan 20gram
sabun colek atau detergen. Hasil yang terakhir ini dapat dipakai untuk
mengendalikan banyak jenis serangga yang biasanya mengganggu tanman pangan
untuk luasan 1 ha.
B.
INSEKTISIDA DARI DAUN BABADOTAN
Daun
Babadotan (Ageratum conyzoides) yang dianggap sebagai gulma
ternyata bermanfaat sebagai insektisida botani, karena mengandung saponin,
flavanoid, polifenol dan minyak atsiri. Insektisida botani ini dapat dibuat
dengan cara menumbuk halus daun babadotan, kemudian merendam 10 gram bubuk
babadotan dalam 100 ml pelarut metanol. Jika pelarut sulit diperoleh, maka
dapat dipakai detergen dengan cara merendam 0,5 kg daun babadotan dalam 1 liter
air ditambah 1gram detergen, campuran ini diendapkan selama satu malam. Cairan
hasil ekstraksi dicampur dengan air dengan konsentrasi 1% (10 ml
cairan ekstraksi dicampur dengan 1liter air) cairan ini sudah cukup
beracun untuk serangga. Tepung daun tanaman ini jika dicampur dengan tepung
terigu mampu menghambat pertumbuhan serangga menjadi kepompong.
C.
INSEKTISIDA DARI DAUN SIRSAK
Bahan
ramuan ini terdiri dari 50-100 lembar daun sirsak yang ditumbuk halus kemudian
dilarutkan dalam 5 liter air dicampur dengan 15 gram sabun colek, lantas
diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan tersebut disaring dengan kain
halus. Hasil penyaringan diencerkan dengan 50-75 liter air dan siap
disemprotkan untuk mengendalikan hama Tripsyang menyerang cabai
(Kardinan, 2000).
D.
INSEKTISIDA DARI MINYAK BIJI MIMBA
Biji
mimba sebanyak 50 gram ditumbuk halus kemudian dilarutkan ke dalam 10 cc
alkohol dan diaduk. Larutan ini selanjutnya diencerkan dengan 1 liter air lalu
diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Ramuan
ini dapat mengendalikan hama wereng coklat, Penggerek batang dan nematoda yang
mengganggu tanaman semusim seperti padi. Hama akan mati setelah 2-3 hari
setelah penyemprotan.
E.
INSEKTISIDA DARI BAWANG PUTIH
Untuk
membuat larutan pekat, umbi bawang putih ditumbuk halus, lalu direndam dengan
minyak tanah dengan perbandingan 1 bagian bawang putih dalam 2 bagian minyak
tanah. Campuran ini diendapkan selama 24 jam atau lebih, kemudian disaring
dengan kain halus. Larutan pekat ini dapat disimpan lebih lama dalam botol
tertutup. Jika ingin menyemprot campurkan 3 sendok teh minyak bawang ke dalam 1
liter tambahkan dengan 2 sendok teh sabun cair. Minyak bawang putih dapat
berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga(replen) yang efektif.
F.
INSEKTISIDA BIJI MAHONI
Banyak
petani yang telah memanfaatkan biji mahoni (Swietenia marchophylla) untuk
mengusir walang sangit (Leptocorisa oratorius) pada tanaman
padi (Prijono dan Triwidodo, 1994). Larutan hasil pemerasan biji mahoni dengan
konsentrasi 3 % sangat efektif untuk mengendalikan kutu daun (Macrosiphoniella
sanborni) pada tanaman krisan. Larutan ini dibuat dengan cara
mencampurkan 3 gram biji mahoni dalam 100 ml air, kemudian dihaluskan dengan
blender. Cairan ini kemudian disaring dan disemprotkan pada daun krisan yang
terserang.
H.
FUNGISIDA DAN BAKTERISIDA DARI DAUN TEMBAKAU
Limbah
daun tembakau sebanyak 200 kg dihancurkan atau diiris menjadi serpihan kecil.
Serpihan daun tembakau ini dibenamkan di daerah perakaran tanaman padi untuk
areal 1 ha. Nikotin yang dikandung oleh limbah tembakau dapat diserap oleh
tanaman untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.
I.
FUNGISIDA DARI DAUN SIRIH
Air
perasan 300 gram daun sirih dicampur dengan 1 liter air mampu mengendalikan
jamurPhythophora palmivora penyebab penyakit busuk pangkal batang
yang menyerang tanaman lada. Air perasan daun sirih disiramkan ke pangkal
batang tanaman yang terserang jamur. Fungisida botani ini menghambat
perkecambahan sporan dan menekan pertumbuhan jamur.
J.
FUNGISIDA DARI DAUN CENGKEH
Daun
cengkih dapat dipakai untuk mengendalikan jamur Fusarium oxysporum pada
tanaman panili. Serasah daun cengkih sebanyak 150-200 gram ditebarkan membentuk
mulsa dibawah tajuk satu tanaman vanilli. Selain itu serbuk atau potongan kecil
daun cengkih bisa juga ditebarkan atau dibenamkan di daerah perakaran dengan
dosis 100-200 gram serbuk per tanaman.
Masih
banyak lagi jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai pestisida botani, hanya
sayang dari puluhan jenis tanaman yang telah di pakai, diteliti dan
dipublikasikan tentang kandungan kimia dan hasil studi kasus, pemakaian
di lapangan masih belum dikenal oleh masyarakat secara menyeluruh.